Minggu, 13 Juli 2014

‘KULI’ MASIH MENJADI TREND JOB BAGI PEMUDA LAKI-LAKI

Banyak yang beranggapan bahwa mencari pekerjaan di zaman seperti sekarang adalah suatu hal yang sangat susah, kenyataannya memang benar seperti itu. Tidak semua orang bisa langsung beruntung mendapatkan pekerjaan seperti yang diinginkan. Tak jarang pula bagi beberapa orang harus banting setir untuk mendapatkan pekerjaan yang ‘layak’ yaitu dengan ‘menyiakan’ pendidikan yang pernah ditempuhnya. Tak jarang pula bagi para anak dari orang yang ‘ber-uang’ rela membayar sejumlah uang agar dapat diterima kerja di suatu instansi yang cukup bergengsi. Ini sudah menjadi suatu hal yang tak dapat dipungkiri. Bahkan sudah menjadi suatu hal yang lumrah di zaman seperti sekarang ini. Lantas bagaimana dengan mereka yang tak punya cukup uang untuk ‘membayar jabatan’ dan tak punya cukup pendidikan untuk memperoleh pekerjaan? Cukup singkat jawaban bagi pertanyaan ini, “Kerjakan saja apa yang bisa dikerjakan!”. Pernyataan tersebut tampaknya tepat untuk menjawab pertanyaan yang semacam ini. Karena para calon pekerja juga beranggapan juga sangat sepakat dengan mengatakan hal itu. Tak punya cukup uang untuk membeli jabatan, tak punya cukup pendidikan untuk memenuhi persyaratan. Dua pernyataan yang selalu menjadi momok besar bagi sebagian kalangan pemuda, terutama kaum laki-laki. Tidak heran, mindset berfikir para pemuda sedikit banyak masih mengadopsi pengalaman-pengalaman dari para pendahulu yang telah lalu.

KODRAT KAUM PEREMPUAN?

Perkembangan zaman sudah semakin dirasakan, dari adanya perkembangan teknologi yang pesat, pendidikan, bahkan cara berfikir dari masyarakat. Namun entah mengapa, masih terdapat sebagian orang yang tetap mempertahankan cara berfikir mengenai kodrat seorang perempuan. Di kala akhir-akhir ini selalu ditekankan persamaan genre dimana antara laki-laki dan perempuan harus diperlakukan secara sama dalam beberapa hal, termasuk dalam pendidikan dan pekerjaan. Saat ini masih saja adanya pola berfikir masyarakat yaitu dari kalangan orang tua yang berfikir bahwa seorang anak perempuan hanya akan berakhir di dapur. Jadi sejauh dan setinggi apapun pendidikan anak perempuan mereka, ujung-ujungnya juga akan pergi ke dapur. Sehingga tidak sedikit kalang orang tua yang memilih untuk segera menikahkan anak perempuan mereka setelah lulus sekolah di SMA/Sederajat. Bahkan ada pula setelah lulus SMP/sederajat sudah segera dinikahkan dengan alas an yang tidak jauh beda dengan pernyataan di atas. Di samping pertimbangan tersebut, ada pula pemikiran bahwa seorang perempuan jika tidak segera dinikahkan, ditakutkan jodoh akan kabur atau anak perempuan mereka akan susah mendaptkan jodoh. Apalagi jika anak perempuan tersebut sudah lulus dari pendidikan tinggi atau bahkan sudah memperoleh penghasilan sendiri. Hal ini dapat membuat para kaum lelaki merasa minder jika mendekati anak gadis mereka.

Profil Elwin Purwanto

Elwin Purwanto
Elwin Purwanto adalah salah satu mahasiswa yang menempuh pendidikan di Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Ia masuk di Universitas Brawijaya pada tahun 2010. Dalam pendidikannya, ia berencana akan menyelesaikan kuliahnya tahun 2014. Di kampus ia dikenal sebagai mahasiswa yang cukup baik (menurut penulis). Hal ini dibuktikan dengan banyaknya teman yang akrab dengannya. Di UB ia mengenal mahasiswa dari seluruh penjuru daerah di Indonesia.