Sabtu, 30 November 2013

Krisis Ideologi dan Groupthink pada Pemuda Indonesia



Ideologi dapat diartikan sebagai suatu sistem dasar dari seseorang yang berkaitan dengan nilai-nilai dan tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya. Dengan adanya ideologi inilah manusia dapat menjalani kehidupan pribadi sesuai dengan apa yang telah ia anut. Sehingga ketika seseorang memiliki ideologi yang kuat maka ia tidak akan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang menyimpang dari ideologinya. Hal inilah yang nantinya akan berpengaruh pada pola fikir dan perilaku seseorang dalam dunia kerja. Apabila ideologi tersebut diterapkan dalam suatu organisasi, maka ideologi dapat diartikan sebagai satu kesatuan gagasan dasar yang disusun secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang pengurus maupun
anggota serta setiap aktivitasnya, baik secara individual sebagai seorang anggota maupun kehidupan secara berorganisasi. Ideologi inilah yang kemudian hari akan dijadikan sebagai landasan dasar kemana arah organisasi tersebut bergerak. Setiap organisasi memiliki arah gerak dan lingkup kerja yang merupakan hasil musyawarah bersama dengan merujuk pada ideologi yang dianut. Jika diamati, organisasi yang sering kali mampu berkembang sangat pesat yaitu organisasi yang terdapat dalam lingkungan kampus atau dalam dunia mahasiswa, karena pada kondisi ini banyak pemuda yang minat untuk mengikuti organisasi di dalam maupun di luar kampus. Alasan mereka banyak mengikuti organisasi yaitu karena minat dan bakat, maupun dapat permintaan dari orang lain. Dalam suatu kampus biasanya terdapat organisasi intra kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi intra kampus merupakan suatu organisasi yang bergerak di wilayah internal kampus dimana biasanya bertujuan untuk mengembangankan minat dan bakat para anggotanya. Sedangkan organisasi ekstra kampus adalah organisasi yang bergerak diluar wilayah kampus dan biasanya berskala Nasional, organisasi ini masing-masing mempunyai ideologi tertentu.
Permasalahan yang sering terjadi yaitu adanya ketidakseimbangan antara organisasi intra kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi ekstra kampus biasanya dianggap suatu organisasi yang menakutkan karena adanya perbedaan ideologi antara organisasi yang satu dengan organisasi lainnya. Bahkan dalam organisasi ekstra kampus kadang juga terdapat tekanan ideologi dan groupthink sehingga banyak mahasiswa yang memilih untuk tidak turut gabung di dalamnya. Apalagi jika kepentingan organisasi ekstra kampus tersebut diboncengi oleh kepentingan politik maka organisasi tersebut dapat dijauhi atau bahkan ditakuti oleh sebagian mahasiswa terutama yang memang tidak suka dengan permainan politik. Sehingga dalam tindakannya pun organisasi ektra kampus tidak lepas dari tindakan politis. Tidak hanya itu, kadang organisasi ekstra kampus memanfaatkan organisasi intra kampus sebagai lahan menyebarkan Ideologi dan Groupthink masing-masing yang mereka anut sebagai upaya untuk mengikat anggotanya. Organisasi ekstra kampus mengikat para anggotanya tidak hanya pada proses komunikasi formal namun juga pada proses komunikasi non-formal. Hal ini mengakibatkan organisasi intra kampus menjadi Kohesif dan terdegradasinya ideologi serta kewajiban untuk memperjuangkan kepentingan internal Kampus. Groupthink menyebabkan anggota meletakkan organisasi ekstra kampus pada prioritas yang lebih tinggi, termasuk bila anggota juga merupakan pengurus organisasi intra kampus. Hal ini berpengaruh dalam idealisme kinerja organisasi intra kampus.
Mahasiswa merupakan gelar tertinggi dalam dunia pendidikan, dimana pada posisi ini seseorang memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan negaranya. Suatu Negara dapat dilihat perkembangannya berdasarkan mahasiswa yang ada di dalamnya. Tiga peran penting mahasiswa yang sering didengarkan yaitu agent of change, iron stock dan social control. Namun banyak mahasiswa yang belum mengetahui akan hal itu. Dan akibatnya hanya sebagian kecil mahasiswa yang mampu melaksanakan peranan mereka sebagai seorang mahasiswa. Kadang hal ini juga dimanfaatkan oleh organisasi ekstra kampus dalam penanaman ideologi pada para mahasiswa yang tidak memiliki ideologi yang kuat agar mereka mengikuti ideologi dari organisasi tersebut. Tidak sedikit pemuda yang berubah ideologi setelah mereka menjadi mahasiswa. Perubahan ideologi tersebut tidak hanya dapat dilihat dari pola fikirnya, namun juga dapat dilihat dari perubahan penampilan, cara bicara, cara bergaul atau bahkan dalam tata cara beribadah. Hal ini pun berkelanjutan hingga mereka masuk di dunia kerja dan dalam menjalankan hidup dalam keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa banyak pemuda di Indonesia yang masih rentan akan pengaruh dari dunia di luar lingkungan sebelumnya dan mereka belum memiliki ideologi yang kuat atau belum mampu untuk mempertahankan ideologinya dalam kehidupan bebas terutama di lingkungan perkuliahan. Sehingga ketika berbicara tentang identitas para pemuda Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa mereka belum memiliki identitas yang jelas karena sangat mudahnya mereka untuk terpengaruh oleh hal-hal diluar zona nyamannya.

        Perubahan ideologi yang disebabkan oleh pengaruh dari ikutnya seorang mahasiswa dalam suatu organisasi ekstra kampus biasanya juga diikuti dengan adanya groupthink, dimana mereka akan berfikiran sesuai kelompok-kelompok mereka. Dan tidak heran jika mereka akan menomor satukan kepentingan organisasi mereka daripada kepentingan lainnya. Sehingga ketika berbicara tentang mahasiswa akan ditemukan beberapa golongan dimana masing-masing orang akan berpegang teguh pada golongan mereka. Seseorang dapat melakukan apapun untuk memenangkan golongan mereka, termasuk dengan mengkorbankan salah satu organisasi maupun salah satu golongan. Bahkan ketika suatu golongan tersebut sudah diisi dengan kepentingan politik maka teman sendiri pun juga dapat dikorbankan. Golongan yang timbul tidak hanya dalam bidang politik, namun juga dalam bidang agama. Meskipun dalam satu agama yang sama namun ketika ada beda pendapat diantara golongan satu dengan golongan lainnya maka dapat terjadi saingan atau bahkan saling menjatuhkan diantara mereka. Hal ini pun juga telah masuk dalam organisasi dilingkungan mahasiswa, terutama dalam organisasi ekstra. Sehingga terkadang timbul saingan antara organisasi ekstra kampus. Perseturuan antar organisasi terlihat jelas dengan adanya ajang untuk memenangkan persaingan dalam pemilihan mahasiswa sebagai pemimpin organisasi intra kampus. Dalam  hal ini terlihat akan adanya groupthink yang membuat para pemuda memiliki ego golongan masing-masing yang tinggi. Rasa untuk menanng timbul disetiap pribadi. Kadang dalam pelaksanaannya juga dilibatkan kepentingan politik sehingga dalam hal ini tidak lagi peduli akan pertemanan. Ketika salah seorang diantaranya tidak sesuai dengan kehendak mereka maka orang tersebut akan dianggap sebagai lawan. Hal ini pun mampu mencerminkan dunia politik yang berkembang di negeri ini. Dengan adanya ego golongan pada jiwa pemuda akan membuat adanya pergerakan yang terkotak-kotak dan berpotensi untuk terbentuknya perpecahan antara pemuda di Indonesia. Sehingga tidak heran apabila timbul pertikaian maupun bentrokan pada para pemuda karena perbedaan pendapat. Oleh karena adanya ego golongan tersebut juga membuat pola fikir mereka hanya ingin menang dalam persaingan sehingga banyak masalah diluar sana yang terbengkalai tidak terurus. Sama halnya dengan adanya ego golongan membuat para pemuda lalai akan tugas dan peran mereka dalam Negara ini.
Ketika suatu bangsa ingin maju maka hal pertama yang harus dilaksanakan yaitu dengan menyatukan para pemudanya. Tanpa adanya persatuan dari pemuda, dapat dikatakan bangsa tersebut sulit untuk bisa maju. Karena peran pemuda dalam membangun bangsa sangatlah besar. Pemuda merupakan motor penggerak sebuah bangsa untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Sehingga apabila ingin menyatukan pemuda juga harus menyatukan golongan-golongan yang selama ini berkembang di negeri ini. Setiap golongan yang ada disatukan visi dan misinya untuk membuat suatu perubahan besar. Pada hakikatnya tujuan dari masing-masing golongan maupun organisasi yang berkembang hampir sama, namun dalam pelaksanaan menjalankan tujuan tersebut yang sering kali memicu terjadinya perbedaan antara mereka. Sehingga dibutuhkan pendekatan sosial untuk menyatukan visi dan misi. Ego golongan yang berkembang pada pemuda dapat dihilangkan ketika tujuan mereka disatukan. Sehingga ketika persaingan antar golongan tersebut mampu dihilangkan maka mudah bagi negeri ini untuk maju dan bersaing dengan negeri lain.
Oleh : Elwin Purwanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar